Sepertinya kamu sudah mampu membalikkan keadaan sayang..
Keadaan dimana beberapa hari terakhir ini kering dan tandus karena kesibukan kita..
Hujan, ya, 'hujan' semalam, tepatnya tengah malam,
kau sengaja menumpahkannya dari langit pemikiran-pemikiran mu,
dan pada kenyataannya itu mampu menyejukkan kita..
Seperti biasa, selalu ada hal yang begitu bermakna dari setiap obrolan kita,
obrolan yang dibantu dengan operator tentunya..
Dan aku juga sebenarnya sangsi, apa mereka mencuri dengar obrolan kita atau tidak..
Ah, tak penting masalah itu, yang terpenting adalah kebijaksanaan dan ilmu baru yang selalu bisa kucuri dari setiap pemikiranmu sayang..
Semalam, sengaja atau tak sengaja, kita sama-sama memilih untuk membahas tentang hal lain..
Sedikit berbeda memang dari tema-tema setiap kita berbincang dari ujung ke ujung,
bukan tentang agama, bukan tentang hidup dan kehidupan, yang sudah biasa menjadi dongeng menjelang tidur kita sebelum-sebelumnya..
Ya, semalam kita sepakat memilih cinta menjadi objek perdebatan "ringan" kita..
Aku masih ingat, kalimat yang kau tanyakan padaku, yang akhirnya membawa kita ke dalam cengkrama yang jauh lebih intim.. "Sayang, kalau menurutmu, hakikat tertinggi dari cinta itu apa?"
Pertanyaan yang menurutku sendiri tak mudah untuk kujawab, dan nyatanya aku butuh waktu beberapa detik untuk mendapatkan jawaban yang nantinya cukup bisa kau terima.. "Kalau menurutku, cinta itu keikhlasan", itu jawaban yang akhirnya meluncur dari mulutku.
Dan kenyataannya kau cukup bisa menerima jawabanku itu sayang, meski bukan yang paling tepat dari apa yang ada di pikiranmu.. "Memang tak salah sayang, tapi menurutku ada yang jauh lebih tepat", begitu katamu.
Katamu lagi, "Kalau menurutku, hakikat tertinggi dari cinta adalah pengorbanan."
Menurutmu pengorbanan adalah hasil akhir dari semua tataran yang ada dibawahnya, dalam hal ini tentang cinta antar manusia. Sebelum aku bertanya, kau sudah lebih dulu membaca pikiranku. Kau jelaskan bahwa dalam hal ini, ada tiga hal yang kamu utarakan, tentang keikhlasan, ketulusan dan pengorbanan. Tapi kenapa kamu memilih pengorbanan sebagai hal yang tertinggi? Aku sempat menyanggah pemikiranmu ini, karena menurutku keikhlasan adalah yang utama. Kemudian kamu menjelaskan lagi, "Memang benar, keikhlasan dan ketulusan itu merupakan dasar dari munculnya pengorbanan dalam suatu hubungan. Tapi, coba kita pikir lagi, jika ada keikhlasan, ada ketulusan, tapi tak ada keberanian dan kemauan untuk berkorban, semua itu akan sia-sia sayang, kita hanya akan menjadi manusia egois yang tak mau berkorban untuk pasangan kita."
Pendapatku kau patahkan sayang, kali ini aku tak bisa menyanggah lagi.. Nilai sempurna untuk pemikiranmu..
"Kalau seseorang itu telah mau berkorban untuk pasangannya, sudah pasti keikhlasan dan ketulusan untuk pasangannya pun tak usah diragukan lagi", begitu katamu.
Aku belajar hal lain, dari pembicaraan kita semalam.. Bahwa pada kenyataannya banyak orang memilih untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kriteria mereka, sesuai dengan standar minimal keinginan mereka..
Begitu mereka dihadapkan pada seseorang yang tidak masuk poin-poin untuk menjadi pasangan mereka, akhirnya mereka menjauh.. Padahal tanpa mereka sadari, sosok itu bisa jadi jauh lebih hebat dari sekadar sosok yang mereka inginkan untuk menjadi pasangan mereka.. Kalau mereka mau untuk sedikit lebih ikhlas, sedikit lebih tulus, dan sedikit mau berkorban, tidak mungkin tidak, mereka akan "membuat" pasangan sesuai kriteria mereka.. Ya, "membuat", bukan "menemukan"..
Hujan semalam?
BalasHapusNang gonku kok gak udan to, Bu.. :D
@ ayiex: diperhatikan lagi ya,
BalasHapusada tanda petik diantara kata hujan..
dan disini bukan hujan dalam arti yang sebenarnya..
tapi lebih ke arah sesuatu hal atau perilaku yang akhirnya mampu menyejukkan kita..
begitulah kira-kira 'hujan' yang saya maksud.
terimakasih sudah berkunjung.. ^^